Semuanya berawal dari kegagalan NASA membawa pesawat ulang alik Columbia kembali ke bumi pada 2003. Ketika itu pesawatnya meledak dan menjadikan NASA beralih haluan mengembangkan pesawat luar angkasa pengganti yang bisa mencapai bulan. Dengan kata lain NASA tak lagi menggunakan pesawat ulang alik dan lebih memilih order ke Rusia sebagai pengantar astronotnya ke luar angkasa dengan menaiki Soyuz.
Di sini Musk melihat potensi jutaan dolar bila mampu membikin taksi roket yang bisa disewa dan sanggup membawa penumpang atau kru dan kargo. Maka terbentuklah perusahaan swasta SpaceX yang juga mengandeng Boeing dan sejak 2014 lalu terpilih sebagai pemenang tender dari NASA.
“Sesuatu yang menyentuh hati manusia, dan bagi orang yang memiliki semangat menjelajah. Amerika Serikat merupakan pusat semangat menjelajah,” bangga Musk.
Kini setelah kesuksesan peluncuran SpaceX dari Florida, Musk harus menyiapkan enam misi selanjutnya menuju ke stasiun luar angkasa ISS. Dimana jumlah kontraknya mencapai 2,6 miliar US dollar. (anto/31-05-2020)