Otoplasa.co – Ingin juara dunia? Kamu harus memiliki insting sebagai pembunuh yang kejam dan raja tega di lintasan. Itulah yang disepakati oleh Max Verstappen dan Marc Marquez, yang sama-sama merupakan juara dunia balap di kelasnya masing-masing.
Dua orang pembalap yang mendapatkan dukungan dan dipertemukan oleh Honda itu berbicara satu sama lain mengenai tunggangannya masing-masing. Yang menarik keduanya saling menghormati dan kagum dengan raihan prestasi lawan bicaranya, hingga berkesimpulan bahwa untuk menjadi yang terbaik memang harus kejam di lintasan.
“Anda harus menjadi seorang pembunuh,” tegas Marc Marquez.
Baca juga: Red Bull Larang Verstappen Jajal Honda RC213V Marquez, Ndlosor Bisa Tamat
Baik Marquez dan Verstappen menyetujui syarat utama yang harus dimiliki oleh para juara dunia di roda dua dan empat adalah killer instinct. Naluri dan semangat tak kenal menyerah harus tetap terjaga selama bendera finish belum berkibar. Bahkan ketika balapan telah usai, beragam analisa harus secepatnya dicerna untuk menjadi bekal di seri lomba berikutnya. Bila sang pembalap mampu memaintain kemampuan dan nalurinya tadi, maka sangat wajar jika gelar juara dunia berikutnya akan mengikutinya lagi.
Seperti diketahui Verstappen telah meraih gelar juara F1 kedua kalinya secara berturut-turut (2021-2022). Demikian pula dengan Marquez yang mengoleksi 6 gelar juara dunia di kelas premium MotoGP (2013, 2014, 2016, 2017, 2018, 2019). Meskipun upaya Marquez untuk meraih gelar MotoGP ketujuhnya sempat terhenti karena cedera yang membekap fisiknya. Berkat prestasi yang mentereng itulah, kedua pembalap akhirnya saling mengakui mereka memiliki banyak kesamaan jika harus berjuang di lintasan.
“Marc Marquez adalah seorang pejuang yang tidak pernah menyerah dan saya suka itu,” aku Verstappen.
“Dia sangat tangguh dan memiliki kemauan yang kuat,” imbuh pembalap Red Bull Racing.
Baca juga: Usai Juara Dunia Red Bull Racing Dilirik 3 Pabrikan Otomotif, Porsche Entah Kemana
Sementara itu Marquez tak kalah semangat mengomentari Verstappen. “Saya suka Max sangat ambisius dan memiliki bakat alami pada dirinya. Dia seorang pembunuh. Di olahraga balap yang Anda tekuni, Anda harus menjadi seorang pembunuh jika ingin menjadi yang terbaik,” lugas Marquez.
“Kualitas dan kematangan emosinya dalam mengelola tekanan saat balapan adalah hal yang utama dan itu sulit dilakukan. Namun dia bisa melakukannya dengan baik,” lanjut pembalap yang sampai saat ini hubungannya dengan Valentino Rossi masih hambar.
Yang menarik Verstappen setuju dengan apa yang disampaikan Marquez. “Kurang lebih sama bagi saya. Saat latihan maupun kualifikasi semua pembalap tampil cepat. Namun perbedaannya adalah saat balapan di akhir pekan. Bagaimana mereka bisa mengelola tekanan dan menjadikan sebagai balapan terbaik.”
Baca juga: Marc Marquez Diramal Sulit Samai Valentino Rossi
Kendati demikian Verstappen mengakui dirinya sangat merindukan penampilan Marquez seperti yang dulu dan berharap pembalap Repsol Honda itu bisa kembali ke puncak performanya lagi. “Sebelum dia dibekap cedera, saya selalu semangat bangun di pagi hari menunggu aksinya dan saya yakin 99% dia akan memenangkannya. Saya sangat suka MotoGP dan tak sabar melihatnya dalam performa penuh lagi. Dan saya tahu dalam beberapa tahun terakhir ini berat baginya karena cedera.”
Meskipun sekarang sudah jarang melihat Marquez tampil dominan, Verstappen tetap melihat ada sisi positif yang muncul sebagai pengganti. “Terbaiknya MotoGP sekarang adalah begitu banyak pabrikan yang berbeda yang dapat memenangkan balapan.”
Sebagai informasi tambahan, kedua pembalap ini juga pernah menjadi pemenang balapan termuda. Marc Marquez yang kini berusia 29 tahun merengkuh sebagai pemenang termuda di umur 20. Sedangkan Max Verstappen juara seri termuda waktu berusia 18 tahun dimana usianya sekarang adalah 25.
Baca juga: Lewis Hamilton Layak Dapat Royalti Desain Setir F1
“Saya tidak pernah berpikir ingin menjadi yang termuda untuk menang, dan kemenangan itu datang dengan sendirinya dan kurang lebihnya merupakan catatan statistik,” pungkas Verstappen.
Marquez pun menimpali bagaimanapun gelar kejuaraan itu lebih penting. “Juara termuda itu hanya rekor dan akan dibicarakan lagi bila ada pembalap lain yang berhasil memecahkannya. Tapi yang terpenting tetap meraih gelar juara dunia di akhir musim,” wantinya.
Terakhir adalah komentar pengamat F1 asal Indonesia, Azrul Ananda. Pada broadcast di akun Youtube-nya menjelaskan untuk menjadi seorang juara dunia memang harus kejam dan memiliki insting pembunuh. Secara terang-terangan dia memaparkan jauh sebelum era Max Verstappen, para pembalap F1 telah melakukannya. “Juara F1 itu memang harus kejam di lintasan. Apapun peluang harus diambil bagaimanapun resikonya,” sebutnya yang menambahkan Michael Schumacher hingga Ayrton Senna pun pernah melakukannya. (boi)
Cek artikel www.otoplasa.co yang lain di Google News