Beyond The Auto's Enthusiasm
IndeksContact Us

Maaf Mobil Hybrid Banyak Ruginya

Toyota C-HR Hybrid

Otoplasa.com – Berapa dana yang keluar untuk membeli mobil hybrid?
Sepadan tidak investasi yang diperoleh dengan keuntungan ekonomis dari konsumsi bahan bakarnya yang irit?
Sudah mendukung tidak regulasi baru LCEV (Low Carbon Emission Vehicle) terhadap keberadaan mobil hybrid?
Berapa banyak Agen Pemegang Merek (APM) di Tanah Air yang memasarkan mobil hybrid?
Sejauh apa respon diler mobil bekas ketika pemilik menawarkan mobil hybrid?
Cocokkah dengan suhu Indonesia yang terkenal tropis?

Bila konsumen Indonesia mempertimbangkan secara logika untung ruginya dengan dana Rupiah yang dikeluarkan, sudah pasti tak akan membeli mobil hybrid. Terbukti hingga kini di jalanan Tanah Air keberadaan mobil hybrid masih jarang ditemui. Namun bilamana ada konsumen yang sadar tentang lingkungan dan dana dikantong mencukupi, tentu bukan hal yang aneh untuk membeli mobil hybrid.

Oke mari kita kupas beragam pertanyaan di atas. Hingga kini harga mobil hybrid paling murah di atas Rp 500 juta. Itupun APM yang paling getol memasarkan adalah Toyota dengan varian modelnya seperti C-HR, Camry, Corolla Altis, Alphard, dan Prius. Sementara ada merek-merek mapan yang lain ala Mercedes-Benz maupun Lexus yang bisa ditebak harganya mencapai miliaran Rupiah.

Intinya secara harga dan value for money, mobil hybrid memang masih jauh panggang dari api. Apapun perhitungan perbandingan antara harga mobil dengan konsumsi bbm irit yang didapatkan masih jauh dari harapan. Anggap saja 1 liter bbm Camry konvensional bisa mencapai jarak 8,4 km, dan Camry Hybrid 14,7 km/liter, tetap saja jika diperhitungkan biaya perawatan dan nilai jual mobil hybrid bersangkutan yang terdepresiasi setiap tahun, selisih harga antara mobil hybrid dan non hybrid masih belum menguntungkan. Belum jika ada masalah dengan baterai yang dulu digaransi 5 tahun dan kini ada rencana Toyota di-extend menjadi 10 tahun.

Tentang regulasi dari Pemerintah pun para APM sebagian besar di Indonesia masih wait and see. Hanya keberanian dan keyakinan yang menjadikan segelintir APM nekat menjual mobil hybrid. Sebagai informasi, hingga kini regulasi tentang mobil hybrid masih belum ada keberpihakkan dimana harganya masih di atas rata-rata mobil sejenis. Idealnya jika memang mobil lebih rendah emisi gas buangnya, harus mendapatkan insentif yang lebih besar. Namun kenyataannya mobil ramah lingkungan itu masih menguras kantong berlebih untuk memilikinya.

Tak kalah heboh adalah paradigma di kalangan konsumen otomotif Tanah Air. Akan laku berapa bilamana mobil yang telah dibeli akan djual kembali. Lebih ekstrimnya ada anekdot bahwa konsumen di sini belum membeli mobil, tapi sudah memikirkan jauh ke depan mobil itu nantinya akan laku berapa bila dijual lagi?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *