Selain itu, motor yang digunakan Faratz EV ini bertipe outrunner, di mana umumnya mobil menggunakan motor tipe in wheel yaitu Motor Brushless DC (BLDC). Penggunaan motor tipe outrunner ini sesuai dengan spesifikasi motor pada mobil yang membutuhkan daya sebesar 62 kWh. Pemilihan ini sangat berpengaruh pada kecepatan, konsumsi energi, dan akselerasi mobil.
“Meski menggunakan motor outrunner, motor dirancang untuk bekerja seperti BLDC,” terangnya.
Lebih lanjut, desain bodi Faratz EV dirancang menggunakan bahan galvani steel yang memiliki bobot lebih ringan yaitu 72 kilogram. Sedangkan bobot dari chasis mobil sebesar 234 kilogram.
“Karena bobot baterai yang digunakan cukup berat, bodi dan rangka mobil didesain cukup ringan,” jelas mahasiswa asal Surabaya ini.
Dengan membawa inovasi Faratz EV, tim beranggotakan Muhammad Nizaar Musyaffa, Hamzah Nur Azzam, dan Febrian Dwi Saputra yang dibimbing oleh Alief Wikarta ST MSc Eng PhD ini berhasil keluar sebagai runner up dalam kompetisi desain kendaraan listrik yang sustainable.
“Harapannya, inovasi ini dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi versi prototype untuk kemudian diproduksi massal di Indonesia,” pungkas Sultan. (*/dna)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News