Otoplasa.com – George Floyd, pria kulit hitam yang tewas secara tragis akibat kehabisan nafas usai tertangkap polisi Minneapolis, mengundang gelombang simpati dan protes. Dampaknya Amerika Serikat kini dilanda rusuh dengan terjadinya penjarahan di mall, restoran dan cafe. Bahkan beberapa kantor polisi setempat dibakar oleh para unjuk rasa.
Kematian Floyd yang berkaitan dengan isu rasisme mendapat perhatian serius dari pembalap Formula 1, Lewis Hamilton. Hamilton yang juga berdarah campuran menganggap para koleganya sesama pembalap F1 kurang responsif dan sensitif terhadap kasus rasisme.
Juara dunia F1 enam kali itu merasa banyak pembalap F1 bungkam atas kejadian tersebut. Pada akun IG-nya dia sempat menyampaikan perasaaan berkecamuknya. ”Saya melihat kalian memilih bungkam, dan diantara kalian adalah pembalap hebat namun Anda tetap diam di tengah ketidakadilan,” tulis Hamilton.
Tak mengherankan Hamilton pun semakin berani dan menegaskan bisnis balap yang dijalaninya sekarang memang didominasi para kulit putih, sementara dia sendiri yang berbeda. “Wajar ini adalah olahraga yang didominasi oleh orang kulit putih. Saya satu-satunya pembalap kulit hitam dan saya berdiri sendiri,” terang pembalap Mercedes yang berupaya menyamai prestasi Michael Schumacher untuk gelar juara dunia kali ketujuh.
Tak berapa lama usai sindiran Hamilton, akun media sosial para pembalap F1 segera bereaksi. Sebut saja Charles Leclerc (Ferrari), Daniel Ricciardo (yang tahun depan pindah dari Renault ke McLaren), Lando Norris (McLaren) dan Nicholas Latifi (Williams) ikut bersuara mendukung Floyd.
Seperti diketahui Floyd yang berusia 48 tahun tewas setelah lehernya ditekan dengan dengkul oleh seorang polisi Minneapolis selama kurang lebih sembilan menit. Padahal dia sempat berteriak tak bisa bernafas dan akhirnya dia tewas di tempat.
Akibat tragedi ini banyak para pesohor dunia meluapkan protes keras. Mulai dari legenda basket Michael Jordan, petenis wanita Serena Williams, dan Hamilton. Di Amerika gelombang protes semakin meluas, setelah sebelumnya di Minneapolis, Atlanta, Oregon, New York sampai ke Washington dan Gedung Putih.
Meskipun kepolisian telah menahan Derek Chauvin, polisi yang menekan leher Floyd. Tetap saja aksi penjarahan tak berhenti dan hingga ke negara bagian Amerika yang lain. (ton/01-06-2020)