Otoplasa.co – Lembaga Independence GTU Jerman baru-baru ini memaparkan penelitiannya. Bahwa mobil listrik mudah berkarat. Bahkan media Auto Moto und Sport menjelaskan begitu mudahnya mobil yang diklaim paling ramah lingkungan itu gampang terkena korosi. Lalu bagaimana dengan iklim tropis di Indonesia?
Yuk kita simak.
Bukti-bukti mobil yang terkena karat pun tak main-main. Diantaranya buatan sang pelopor Tesla, serta ada model dari Toyota, Renault dan yang lainnya. Intinya sumber karat mudah ditemui pada sambungan pengelasan, pemasangan baut, dan pemakaian bahan spon yang menyerap air.
Dengan terungkapnya hal ini, para produsen mobil listrik harus secepatnya menemukan solusi bagaimana kendaraan produksinya tidak mudah terkena pengeroposan logam akibat karat yang datang. Dimana hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat kepuasan, keamanan dan kenyamanan konsumen di kemudian hari.
Baca juga: Penisilin Cegah Karat Inovasi Mahasiswa ITS
Sesungguhnya karat juga bisa menimpa mobil bermesin konvensional selain kendaraan listrik. Hanya saja setelah melalui beberapa studi dan kasus, justru peluangnya lebih besar mengenai electric vehicle.
Adapun ragam penjelasan teknisnya adalah sebagai berikut:
1. Dampak menyiasati bobot mobil karena baterai yang berat.
Baterai tidak hanya berat di nominal yang diklaim bisa mencapai 40% atau lebih dari harga mobil itu sendiri, tetapi baterai juga penyumbang terbesar bobot mobil listrik menjadi lebih berat. Karena terlalu beratnya baterai, maka produsen mobil listrik menyiasati rangka atau sasis memakai bahan baja yang lebih tipis jika dibandingkan mobil pada umumnya.
2. Bukan rahasia lagi pada kendaraan listrik, aluminium dan magnesium menjadi bahan utama, yang mana dapat bereaksi secara kimia satu sama lain dan menyebabkan korosi galvanistik.
Baca juga: Nih Solusi Musim Hujan Asam Yang Bikin Karat Akut
3. Sistem pengereman regeneratif pada mobil listrik rupanya turut menjadi penyebab munculnya karat pada rem cakram. Itu karena sistem pergerakan rem cakram jarang sekali dilakukan secara mekanis lagi, melainkan ulah dari baterai yang cerdas yang mampu menghentikan pasokan daya ke roda, sehingga seakan mobil sudah berkurang kecepatannya. Berkat adanya ‘pengereman’ tanpa melibatkan cakram inilah lama kelamaan piringan logam itu muncul karat.
Dan asal tahu saja, mobil-mobil listrik canggih sekarang juga menawarkan sistem one pedal. Dimana cukup satu pedal, pengemudi bisa melakukan akselerasi dengan cukup menginjak pedal, sedangkan ketika pedal dilepas seperti terjadi efek pengereman.
Efek fatal lainnya adalah analisa dari direktur federasi TÜV Joachim Buehler. Menurutnya dengan jarangnya kaki pengemudi menginjak pedal rem, maka sistem gerakan mekanis pada komponen roda jarang terjadi. Dikhawatirkan karena ada penumpukkan karat bisa membikin rem tidak berfungsi. Entah apakah hal ini berhubungan dengan video viral beberapa bulan lalu ketika mobil Tesla meluncur tak terkendali di China?
Baca juga: Ingat Ban Serep Pun Wajib Dicek Biar Layak Pakai
Sementara itu pakar otomotif Ralf Roessler menambahkan adanya karat di baut mobil Tesla Model 3. Selain itu pada Toyota Prius hybrid dan Renault Zoe ada karat pula di rem cakram.
“Di pilar A Tesla rangkanya hanya diberi lapisan cat tipis, selain itu ada busa konstruksi yang cenderung menyerap air seperti spons. Pada enam bulan kemudian akan menjadi coklat, dan enam tahun bakal keropos,” yakin Ralf Roessler.
Di Jerman sendiri badan berwenang di sana selalu melakukan pengujian kelayakan jalan bagi kendaraan yang berusia tiga tahun. Setelah itu, kendaraan tersebut harus diserahkan untuk diuji setiap dua tahun. Dari pengujian ala KIR untuk semua jenis mobil inilah maka akan diketahui kemunculan karat. Sedangkan di Amerika Serikat, kasus serupa temuan karat terdapat pada Tesla Model S pada beberapa bautnya.
Baca juga: Roda Mobil Terawat Cakram, Kaliper & Pelek Awet
Yang menarik terlalu masifnya kemunculan karat, produsen otomotif Volkswagen berani memberikan garansi 12 tahun perlindungan karat terhadap mobil listriknya, ID3. Kiat VW adalah menambahkan lapisan plastik di bawah pintu mobil demi menghindari munculnya reaksi negatif dengan baja yang mengelilinginya.
Tak ketinggalan kepala pengembang bodywork VW, Johannes Neft menambahkan kotak kemasan baterai dari baja dan harus diisolasi dari rangka aluminium untuk mencegah korosi. “Untuk ID3 kami melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa kedua logam ini tidak bersentuhan satu sama lain. Caranya kami mengisi bagian dalam baja dengan lilin dan rongga di kusen aluminium ada pelapis khusus,” terangnya.
Kendati beragam cara telah dilakukan demi menghindari karat pada mobil listrik, Marco Oehler, manajer teknis GTU memastikan bukan jaminan karat tak akan datang. “Penting diingat jangan jadikan dua material berbeda ditempatkan di lokasi tersembunyi, yang kemungkinan ke depannya akan mengundang karat. Terlebih jika kendaraan itu berada di iklim dengan tingkat kelembapan yang tinggi. Bisa-bisa yang satu bertindak sebagai elektrolit dan titik korosi dapat muncul sebelum dapat dideteksi dari luar,” wantinya.
Baca juga: Peralihan Musim Hujan Kemarau Cermati Kolong Mobil
Terakhir adalah komentar dari Maximilian Bauer, Spesialis Teknologi Kendaraan dari ADAC. Dia memaparkan karat yang telah menimpa mobil secara akut, dapat mempengaruhi struktur kekuatan rangka mobil. Terutama bagaimana keefektifan kompartemen mobil melindungi penumpangnya jika terjadi kecelakaan. “Ingat karat sangat mempengaruhi tingkat keselamatan penumpangnya saat tabrakan,” pungkasnya.
Bila di Jerman (Eropa) dan Amerika Serikat yang kini sedang getol mengamati kemunculan karat pada mobil listrik, lalu bagaimana dengan Indonesia yang memiliki suhu tropis dengan tingkat kelembapan yang tinggi?
Tentu hal ini perlu pengkajian tersendiri dan semoga mendapatkan perhatian serius dari produsen mobil dan pihak berwenang supaya konsumen tak dirugikan di kemudian hari. (anto)
Cek artikel www.otoplasa.co yang lain di Google News