Sibang Kaja – Siapa yang tak kenal Jalak Bali?
Burung eksotik asli dari Pulau Dewata yang dilindungi kelestariannya dari kepunahan mulai berhasil dikembang-biakkan. Yang bikin kagum ada Pertamina dibalik keberhasilan penangkaran tersebut.
Sejalan dengan komitmen Pertamina dalam menjaga keberlanjutan ekosistem dan upaya pemberdayaan masyarakat menuju kawasan Heritage Tourism, Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Ngurah Rai melaksanakan pelepas-liaran 6 ekor burung Jalak Bali di Lapangan Ngurah Rai Desa Sibang Kaja, Bali. Pelepas-liaran ini dilakukan langsung oleh Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta bersama General Manager MOR V diwakili Aviation Manager Region V, Heru Gani Purnomo, Minggu (13/08).
Pelepasliaran burung Jalak Bali ini merupakan bagian dari program CSR Pertamina DPPU Ngurah Rai yakni Program Konservasi dan Penangkaran Jalak Bali (Kartika Bali Bestari) di Desa Sibang Kaja Bali yang bekerjasama dengan Agrowisata Sutera Sari Segara. Setelah berjalan selama satu tahun, sejak penataap tahap 1 di bulan Mei 2016 lalu, program konservasi dan penakaran burung Jalak Bali di Sibang Kaja ini telah berhasil menghasilkan anakan burung Jalak Bali sebanyak 13 ekor.
“Tujuan utama program ini untuk meningkatan populasi dan habitat burung Jalak Bali agar tidak punah, selain itu kami juga ingin membangun kesadaran masyarakat mengenai keberadaan Jalak Bali sebagai upaya pendukung kehidupan berkelanjutan, membuka ruang edukasi bagi masyarakat untuk melakukan perawatan dan penangkaran Jalak Bali serta menangkap peluang potensi wisata alam di lingkungan sekitar,” ujar Operation Head DPPU Ngurah Rai, Arnaya Gula.
Untuk menjaga keberlanjutan program, Pertamina DPPU Ngurah Rai melakukan pendampingan kelompok konservasi Jalak Bali Kembang Sari Segara dalam hal keorganisasian meliputi pendampingan dan pemantauan terkait dengan penyusunan AD/ART, penyusunan struktur kelompok, dan pembuatan jadwal jaga perawatan burung Jalak Bali.
“Penguatan kapasitas juga mengenai prosedur penangkaran dan konservasi hewan yang dilindungi berdasarkan undang-undang yang berlaku juga kami berikan dengan menggandeng BKSDA dan UD Kicau Bali pada bulan Juni 2016. Hal ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan kelompok dalam pengurusan ijin penangkaran dan perlindungan hewan baik yang dilindungi dan langka,” jelas Arnaya.
Arnaya menambahkan untuk kemandirian pakan burung Jalak Bali ini sendiri, DPPU Ngurah Rai bekerja sama dengan Yayasan Bali Kasih memberikan mesin pembuatan pakan ternak dan mendampingi kelompok dimulai dari tahap pembuatan sampai pengemasan pakan ternak burung berupa pelet.
“Keunggulan pelet yang diproduksi oleh kelompok burung Jalak Bali Kembang Sari Segara yakni mengandung kalsium dan kitin yang baik bagi perkembangan dan kekuatan tulang buruk Jalak Bali. Kandungan kalsium dan kitin ini didapat dari bahan dasar pembuatan pakan yang ditambahkan dari cangkang kepiting yang merupakan limbah di area CSR Kampung Kepiting Tuban binaan Pertamina DPPU Ngurah Rai,” tuturnya.
Tidak hanya kemandirian pakan, konservasi burung Jalak Bali di desa Sibang Kaja juga mandiri dalam hal energi. Hal ini dibuktikan dengan pemasangan solar cell sebagai sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan yang digunakan untuk alat penerangan. Pemasangan solar cell ini dilakukan oleh siswa SMKN 1 Kuta Selatan yang juga merupakan binaan CSR Pertamina DPPU Ngurah Rai.
Sementara itu, Bupati Badung, I Nyoman Giri Prasta menyampaikan apresiasinya kepada Pertamina DPPU Ngurah Rai yang telah berperan aktif mewujudkan suaka bagi burung Jalak Bali dan turut membantu memajukan Desa Sibang Kaja. Ia berharap kegiatan konservasi dan penangkaran ini dapat mengembalikan keberadaan burung Jalak Bali dan menjadi penggerak potensi wisata di Kabupaten Badung khususnya di Desa Sibang Kaja.
Selain itu, sebagai upaya untuk mendukung Desa Sibang Kaja sebagai desa wisata, di tahun ini kelompok konservasi burung Kembang Sari Segara juga membuat jogging track, gasibu, kandang rusa dan kandang kalkun serta kebun pokcoy di kawasan Agrowisata Sutera Sari Segara.
Pada saat yang bersamaan turut diserahkan 3 pasang atau 6 ekor burung Jalak Bali kepada kelompok konservasi Jalak Bali Kembang Sari Segara dan 8 unit tempat sampah organik dan non-organik kepada 7 banjar yang terdapat di desa Sibang Kaja dan Kantor Desa Sibang Kaja.
Bila semua sadar akan pentingnya keberadaan Jalak Bali, tampaknya tinggal menunggu waktu saja bagi wisatawan bisa melihat langsung burung tersebut di alam liar. (*)