Otoplasa.com – Pernah melewati Jalan Babatan Unesa, Surabaya ketika pagi atau siang?
Jika ya besar kemungkinan bakal melihat MPV premium, Toyota Voxy berwarna putih yang terparkirkan di depan danau atau tepatnya di pinggir jalan. Uniknya MPV yang diposisikan sebagai pengisi celah antara Toyota Kijang Innova dan Alphard ini, justru menjadi kendaraan loper Harian DI’s Way.
Yup, Harian DI’s Way yang diklaim bukan koran itu merupakan media cetak Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN di era Susilo Bambang Yudhoyono yang juga tokoh jurnalis ternama di Tanah Air. Saat Otoplasa berbincang dengan pemuda yang menawarkan Harian DI’s Way menyebutkan hampir tiap hari nongkrong di sini.
“Silahkan pak, sebulan cukup Rp 150 ribu dan jika tiga bulan berlangganan dapat bonus kaos,” promo Oscar.
Ketika disinggung apa gak sayang menjajakan harian ini dengan mobil mewah Voxy?
Oscar menyatakan kendaraan itu memang diperuntukkan menemaninya bekerja. “Oh ini mobilnya Abah,” terangnya.
Abah, meski Oscar tak menyebutkan nama, tampaknya sebutan itu ditujukan kepada Dahlan Iskan. Mengingat panggilan itu familiar bagi anak muda yang dekat dengan mantan bos Jawa Pos. Penulis (Otoplasa) pun teringat masa-masa puluhan tahun lalu ketika masih berkantor di Gedung Graha Pena. Waktu itu juga memiliki panggilan khusus untuk beliau, yaitu Bos atau Pak Bos.
Dan yang membikin ingatan dulu itu sangat istimewa, penulis sempat merasakan bimbingan langsung dari Dahlan Iskan. Sebagai wartawan muda yang baru saja bergabung dan tiap sore wajib masuk kantor, kerap sekali bersua dengan beliau. Gawatnya dalam tiap pertemuan, Dahlan Iskan senantiasa menanyakan dapat berita apa hari ini.
Dampaknya bisa ditebak meskipun hembusan AC sentral di kantor terbilang lumayan kuat, namun tak mampu menahan keringat dingin keluar di dahi penulis. Mau tak mau harus bercerita dan menuangkannya di layar komputer secara langsung dengan Dahkan Iskan duduk di samping.
“Iki mau lapo mlebu kantor (ini tadi mengapa masuk kantor),” demikian guman Otoplasa saat itu.
Intinya ingin sekali kabur tanpa sepengetahuan beliau. Tapi apa daya dengan gaya santainya duduk di kursi sebelah, peluang untuk melarikan diri sangat mustahil. Tiap paragraf awalan berita, hampir selalu tak terlepas dari pandangannya dan dengan gaya kebapakkannya Dahlan Iskan pun memberikan clue bagaimana menjadikan berita yang menarik.
Hampir sepekan penulis menikmati ‘siksaan’ ala Dahlan Iskan dan sempat terpikir untuk berhenti jadi wartawan. Denyut jantung tiap sore senantiasa berdetak keras ketika harus membayangkan bertemu dengannya. Tapi seiring waktu Otoplasa merasakan anugerah secara langsung dari tangan dingin Dahlan Iskan. Jujur rasa kangen ketika berdiskusi dengan beliau dan menyiapkan artikel yang layak untuk dibaca banyak orang kerap muncul.
Terima kasih Dahlan Iskan. Sukses pula untuk Harian DI’s Way. (boim/09-09-2020)