Beyond The Auto's Enthusiasm
IndeksContact Us

Berbahagialah Pengguna Solar, Dapat Subsidi Rp 13 Ribu/Liter

Solar Subsidi

Otoplasa.co – Anda pemilik kendaraan diesel yang senantiasa menggunakan bahan bakar Solar ataupun Biosolar, berbahagialah dan pergunakan sebaik-baiknya karena Pemerintah hingga kini masih memberikan subsidi Rp 13 ribu/liter. Dimana per Juli 2022, Solar CN-48 atau Biosolar (B30), dijual dengan harga Rp 5.150/liter, padahal harga keekonomiannya mencapai Rp 18.150.

Demikian pula dengan Pertalite, yang harga jualnya Rp 7.650/liter, sedangkan harga pasar mencapai Rp 17.200. Dengan kata lain setiap liter Pertalite Pemerintah mensubsidi Rp 9.550/liternya.

Itulah dilema yang kini dihadapi oleh PT Pertamina (Persero) yang berupaya tetap menjaga pasokan minyak mentah, terutama BBM berada di level aman yang kini dapat dikontrol melalui sistem digital. Di tengah-tengah tantangan harga minyak mentah dan produk yang sangat tinggi.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati menjelaskan kenaikan harga minyak yang sangat tinggi mengakibatkan beberapa negara mengalami krisis energi. Pertamina pun dituntut membikin perencanaan yang akurat dengan menyeimbangkan antara aspek ketahanan energi nasional dan kondisi korporasi.

Menurutnya, Pertamina bukan hanya menjaga pasokan secara nasional, tetapi juga per wilayah hingga SPBU, karena stok yang diperlukan untuk masing-masing wilayah berbeda untuk jenis produknya.

“Kita tidak menyamaratakan jumlah untuk seluruh daerah, tetapi disesuaikan, karena ada daerah yang solarnya tinggi, ada yang Pertalite-nya tinggi, ada juga Pertamax-nya. Ini kita coba lihat satu per satu dengan digitalisasi SPBU,” ungkap Nicke.

Dengan peningkatan harga minyak dan gas, kata Nicke tantangan berat di sektor hilir adalah harga keekonomian produk meningkat tajam.Bila dibandingkan dengan harga keekonomian, harga jual BBM yang ditetapkan Pemerintah sangat rendah.

“Untuk Pertamax, Pertamina masih mematok harga Rp 12.500. Padahal untuk RON 92, kompetitor sudah menetapkan harga sekitar 17 ribu. Karena secara keekonomian harga pasar telah mencapai Rp 17.950.”

“Kita masih menahan dengan harga 12.500, karena kita juga pahami kalau Pertamax kita naikkan setinggi ini, maka shifting ke Pertalite akan terjadi, dan tentu akan menambah beban negara,” papar Nicke.

Pemulihan ekonomi pasca pandemi, imbuh Nicke telah berdampak pada meningkatnya mobilitas masyarakat, sehingga tren penjualan BBM ikut naik. Bila tren ini terus berlanjut, maka diprediksi Pertalite dan Solar akan melebihi kuota yang ditetapkan Pemerintah. Oleh karena itu, Pemerintah sedang melakukan revisi dari Perpres No.191 tahun 2014, khususnya mengenai kriteria kendaraan yang berhak menggunakan BBM subsidi.

Menurut Nicke, Pertamina harus menjaga kuota BBM bersubsidi, agar tidak over kuota. Apalagi berdasarkan data Kementerian Keuangan, sebanyak 40 persen penduduk miskin dan rentan miskin hanya mengkonsumsi 20 persen BBM, tetapi 60 persen teratas mengkonsumsi 80 persen BBM Subsidi.

“Pertamina harus memastikan bahwa BBM Subsidi dipergunakan oleh segmen masyarakat yang berhak dan kendaraan yang sesuai ketentuan. Sesuai Roadmap Pertamina, saat ini merupakan tahap pendaftaran dan pendataan yang berhak. Karenanya, mulai 1 Juli 2022, Pertamina membuka pendaftaran kendaraan bagi yang berhak mengkonsumsi BBM Bersubsidi,” wantinya.

“Untuk itu, kita pun harus memastikan ketersediaan BBM, sehingga masyarakat yang tidak berhak membeli BBM bisa dengan mudah mendapatkan BBM,” pungkas Nicke. (boi)

Berikut harga Pertalite dan Pertamax tiap daerah:
1. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Pertalite Rp 7.650
Pertamax Rp 12.500
Pertamax Turbo Rp 14.500
Dexlite Rp 12.950
Pertamina DEX Rp 13.700.

2. Provinsi Sumatera Utara
Pertalite Rp 7.850
Pertamax Rp 12.750
Pertamax Turbo Rp 14.800
Dexlite Rp 13.250
Pertamina DEX Rp 14.000.

3. Provinsi Sumatera Barat
Pertalite Rp 7.850
Pertamax Rp 12.750
Pertamax Turbo Rp 14.800
Dexlite Rp 13.250
Pertamina DEX Rp 14.000.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *