Surabaya – Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyatakan dukungannya menyukseskan pelaksanaan Imunisasi Campak/Measles dan Rubella (MR), yang akan dilaksanakan pada 1 Agustus hingga 31 September 2017.
“Semua komponen harus hadir dan mendorong pelaksanakan dan mengikuti pemberian imunisasi ini. Kami akan menggerakkan Bupati/Walikota untuk menyukseskan pelaksanaan Imunisasi Campak dan Rubella, bagi anak usia 9 bulan sampai dengan 15 tahun,” tegas Soekarwo, Gubernur Jatim.
Keberhasilan pemberian imunisasi ini akan berdampak positif bagi kesehatan masyarakat di Indonesia bagian timur, karena Jawa Timur merupakan center of grafity bagi dunia kesehatan di Indonesia. Namun bila gagal, kesehatan masyarakat di Indonesia Timur juga akan terganggu.
“Kami akan support secara total, baik secara program maupun pelaksanaanya mendatang. Jika perlu kita ajak, sekaligus antar anak cucu kita ke Puskesmas melaksanakan imunisasi MR ini,” kata Soekarwo.
Soekarwo optimis, pelaksanaan Imunisasi MR ini dapat dilaksanakan di seluruh Jawa Timur, karena provinsi ini memiliki fasilitas kesehatan berupa 369 rumah sakit, 964 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), 2.268 Puskesmas Pembantu (Pustu), 3.213 Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) dan 3.900 Pondok Bersalin Desa (Polindes).
Diperkirakan untuk Jawa Timur terdapat 8.468.640 imunisasi MR bagi bayi dan anak. Sementara untuk sekolah, pemberian imunisasi MR juga akan menyasar ke 27.895 TK/PAUD, 29.152 SD/MI, 8.918 SMP/MTs dan 208 SLB. Pemberian imunisasi MR ini juga akan menyasar yayasan, ormas dan LSM bidang kesehatan, hingga Pondok Pesantren.
Chief Field Office Unicef di Jawa Timur, Arie Rukmantara mengatakan, Indonesia dan Jawa Timur telah menjadi perhatian dunia karena memiliki jumlah penduduk terbesar. Besarnya jumlah penduduk berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakatnya.
“Semakin sehat orang Indonesia akan memberi dampak positif terhadap perekonomian dunia. Imunisasi Campak dan Rubella akan menjadi sejarah, bagi perbaikan dunia kesehatan yang dimulai dari usia bayi dan anak,” ujarnya.
Sementara itu Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Desentralisasi, Pattiselano Roberth Johan mengatakan, tujuan dari penyelenggaraan program imunisasi nasional adalah untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian, yang diakibatkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi atau PD3I.
PD3I tersebut diantara seperti penyakit polio, campak, hepatitis B, tetanus, pertusis atau batuk rejan, difteri, rubella atau campak jerman, pneumonia atau radang paru dan meningitis atau radang selaput otak.
Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar di dunia menurut perwakilan WHO Vinod Bura, memiliki kontribusi besar bagi kemajuan dunia sehingga harus dimbangi dengan tingkat kesehatan masyarakatnya yang baik.
Campak dan Rubella merupakan penyakit serius yang dapat di cegah. Penyakit Rubella terkadang tidak menunjukkan tanda-tanda signifikan atau jelas pada anak. Akan tetapi, jika dilakukan pencegahan sejak dini dapat menghindarkan anak dari kebutaan, kepala kecil, katarak hingga gangguan pendengaran. Sedangkan untuk campak, jika tidak dilakukan pencegahan sejak awal dapat menyebabkan anak terkena radang paru, radang otak, kebutaan hingga gizi buruk.(von)