Otoplasa.co – Semikonduktor otomotif rupanya pasokan terbesar dari Asia Tenggara. Demikian yang dilaporkan Nikkei Asia.
Bahkan terlalu banyaknya produsen pembuat semikonduktor membangun pabrik di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian terhenti produksinya karena pandemi Covid-19, beberapa pabrikan raksasa otomotif Jepang mulai menjerit. Rata-rata mereka sepakat bakal mengurangi produksinya hingga ratusan ribu unit.
Yang paling terpukul adalah Toyota Motor. Untuk tahun fiskal ini bakal memangkas produksi hingga 1 juta unit. Kondisi ini kurang lebih sama dengan tahun lalu karena hantaman badai pandemi Covid 19.
Selain Toyota ada enam produsen otomotif Jepang yang akan mengambil langkah serupa. Mereka diantaranya Nissan, Honda, Suzuki, Mazda, Mitsubishi dan Subaru. Wabah virus corona yang melanda Asia Tenggara, memaksa terjadi pengurangan jam produksi semikonduktor otomotif hingga berminggu-minggu. Dampaknya tak hanya pabrikan otomotif di Asia yang megap-megap, produsen mobil di Eropa dan Amerika Serikat ikut merasakan.
Terlalu sentralitasnya Asia Tenggara menjadi kawasan produsen pemasok semikonduktor otomotif akhirnya berimbas besar. Dunia benar-benar menanti supaya pabrik semikonduktor segera pulih.
Lalu negara mana sih yang menjadi tempat favorit pembuatan semikonduktor terbesar di dunia?
Ternyata jawabannya adalah Malaysia. Di Negeri Jiran ini ada pabrik STMicroelectronics asal Swiss. Produksinya berupa mikrokontroler otomotif untuk sistem pengereman dan telah menjadi suplier utama Toyota. Akibat pabrik berhenti beroperasi selama berbulan-bulan, alhasil perakitan mobil Toyota juga terganggu karena komponen suku cadang untuk rem tak tersedia. Dan sangat wajar mobil pun tak jadi diproduksi karena sistem pengereman adalah komponen vital dari suatu kendaraan.
Pabrik semikonduktor yang lain adalah Bosch asal Jerman, yang juga lebih memilih Malaysia. Ada tujuh pabrik komponen listrik dan produk lainnya di negara ini. Bahkan Jerman Continental juga memproduksi suku cadang semikonduktor di sana juga. Selain itu Infineon Technologies yang juga dari Jerman turut membikin chip otomotif di pabrik Malaka di Malaysia selatan.
Akibat pandemi pabrik pun memutuskan berhenti produksi selama 20 hari. Terlalu lamanya lockdown yang melanda Malaysia, akhirnya STMicroelectronics mengakui tak bisa memasok kebutuhan semikonduktor untuk kebutuhan selama 18 bulan. Jadi dapat dibayangkan ketika pabrik semikonduktor berhenti selama beberapa pekan, kebutuhan pasokan chip semakin menipis hingga tak tersisa sama sekali.
Itupun juga berebut dengan produsen smartphone maupun perangkat elektronik yang lain. Alhasil dunia kini benar-benar krisis pasokan semikonduktor.
“Ini menjadi bumerang karena pandemi. Kesalahannya banyak produsen semikonduktor menempatkan operasi perakitan dan inspeksi di Asia Tenggara, di mana biaya tenaga kerja rendah, karena prosesnya padat karya,” ulas Tomoyuki Suzuki dari AlixPartners, sebuah perusahaan konsultan AS.
Kira-kira berapa revisi produksi yang dilakukan produsen otomotif Jepang?
1. Toyota
Toyota telah merevisi perkiraan produksi globalnya untuk tahun fiskal yang berakhir Maret 2022 turun 3% menjadi 9 juta unit.
2. Nissan
Nissan mengumumkan rencana mengurangi produksi sebesar 250.000 unit.
3. Honda
Honda memperkirakan penjualan akan lebih rendah sebesar 150.000 kendaraan karena pengurangan produksi.
4. Suzuki
Suzuki memastikan turun produksi hingga 350.000 unit kendaraan, atau sekitar 10% dari angka tahun fiskal lalu. Saat ini sedang berupaya mencari pemasok semikonduktor dari produsen lain. Tetapi telah memastikan stop produksi mobil di Jepang, Thailand dan Hongaria. Termasuk di India yang hanya beroperasi sekitar 40% dari kapasitas normal.
5. Mazda, Mitsubishi dan Subaru juga telah mengumumkan pengurangan mereka sendiri, hanya saja jumlahnya belum dapat diumumkan.
Total dari enam pabrikan itu akan terjadi pengurangan produksi hingga melebihi 1 juta unit, dan jumlah itu belum termasuk Toyota. Selain dampak yang sangat besar bagi pembuat mobil Jepang, General Motors telah menangguhkan operasi di delapan pabrik, atau 50% dari pabrik perakitan kendaraannya di Amerika Utara, selama satu hingga empat pekan mulai 6 September.
Termasuk Renault Prancis juga telah menutup beberapa pabrik di Spanyol hingga 60 hari sejak akhir Agustus lalu. Pada akhir Agustus, giliran Volkswagen Jerman melakukan pengurangan produksi tambahan di pabrik utama Wolfsburg. Jadi total akibat kelangkaan semikonduktor otomotif, sebuah perusahaan riset AS meramalkan volume produksi mobil global pada 2021 akan turun menjadi sekitar 80 juta unit. Jumlah ini turun sekitar 6% dari proyeksi awal, dengan kerugian penjualan lebih dari $130 miliar. (anto)