Otoplasa.co, Hanoi – Produsen kendaraan listrik asal Vietnam, VinFast, melaporkan kerugian besar senilai USD 3,2 miliar sepanjang tahun lalu, meskipun mencatat pertumbuhan penjualan EV. Hal ini diungkapkan oleh CEO VinFast, Pham Nhat Vuong, dalam rapat pemegang saham tahunan Vingroup pada 24 April lalu di Hanoi.
Vuong menyatakan bahwa pihaknya kini akan mengalihkan fokus dari pasar Amerika Serikat, yang dinilai menjadi penyebab kerugian besar. Untuk itu dia akan mengalihkan ke pasar-pasar Asia yang lebih menjanjikan.
“Masuk ke pasar AS saat ini menyebabkan kerugian besar bagi kami. Jadi tidak perlu tergesa-gesa,” ujar Vuong.
Ia menjelaskan bahwa tingginya biaya logistik, pajak, serta beban tambahan akibat ketegangan geopolitik membuat ekspansi ke pasar AS menjadi tidak efisien secara ekonomi.
Kontras: Pasar Domestik Vietnam Tumbuh Signifikan
Berbeda dengan performa VinFast, pasar otomotif domestik Vietnam justru menunjukkan pertumbuhan signifikan. Penjualan kendaraan pada kuartal pertama 2025 melonjak 24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan ini bahkan melampaui kinerja negara-negara besar ASEAN lainnya seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Data yang dihimpun Nikkei Asia dari asosiasi industri otomotif menyebutkan bahwa total penjualan kendaraan di lima pasar utama ASEAN mencapai 732.898 unit pada Januari–Maret 2025, atau turun 1,7% dibanding tahun sebelumnya. Namun Vietnam justru mencatat tren positif di tengah penurunan kawasan.
Analisis: Mengapa VinFast Merugi, Sementara Pasar Tumbuh?
Pertumbuhan penjualan mobil di Vietnam dipicu oleh meningkatnya kepercayaan konsumen serta berbagai insentif dari produsen otomotif. Namun, kondisi ini belum cukup untuk menyelamatkan VinFast dari kerugian.
Terdapat beberapa alasan utama di balik kerugian besar VinFast:
1. Fokus Ekspansi Global yang Mahal
VinFast lebih banyak menggelontorkan dana untuk ekspansi internasional, terutama ke AS dan Eropa, yang memiliki regulasi ketat, persaingan tinggi, dan biaya operasional besar.
2. Biaya Produksi dan Logistik Tinggi
Pengiriman kendaraan ke pasar luar negeri membutuhkan logistik yang kompleks dan mahal, terlebih dengan situasi geopolitik global yang tidak stabil.
3. Model Bisnis Belum Mapan
Sebagai pemain baru di industri EV global, VinFast masih berupaya membangun citra merek dan jaringan distribusi, sehingga membutuhkan investasi besar yang belum menghasilkan laba.
4. Pasar Domestik Belum Jadi Fokus Utama
Meski permintaan mobil di Vietnam meningkat, VinFast tampaknya belum sepenuhnya menggarap potensi ini secara optimal. Konsumen lokal juga masih mempertimbangkan merek lain, termasuk merek-merek Jepang dan Korea yang sudah lama hadir.
Jadi kondisi ini menunjukkan adanya ketimpangan antara strategi bisnis VinFast dengan dinamika pasar domestik. Sementara pasar Vietnam berkembang berkat sentimen konsumen yang positif dan stimulus dari produsen, VinFast justru mengalami kerugian akibat fokus pada pasar luar negeri yang lebih menantang. Ke depan, orientasi pada pasar Asia yang lebih dekat dan tumbuh cepat bisa menjadi langkah realistis untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan. (boi)