Otoplasa.co, Jepang – Krisis keuangan yang melanda Nissan, mendapat perhatian serius dari Mitsubishi. Sebagai bagian dari aliansi antara Nissan-Renault- Mitsubishi, pabrikan otomotif Jepang berlambang tiga berlian itu berupaya menjaga jarak dan menata ulang perencanaan strategisnya ke depannya supaya tak tertular krisis keuangan. Salah satu caranya adalah dengan menyiapkan platform kendaraan sendiri.
Demikian upaya Mitsubishi menjaga jarak dari Nissan. Belajar pengalaman dari induknya, Mitsubishi Motors tampaknya semakin menjauh dari Nissan. Keputusan terbaru Mitsubishi ini adalah tidak lagi menggunakan platform Nissan dalam pengembangan Outlander generasi terbaru menjadi salah satu indikasi kuatnya.

Mitsubishi Gunakan Platform Sendiri
Mitsubishi berencana merancang ulang Outlander pada tahun 2027 dengan menggunakan platform internal mereka sendiri, bukan lagi berbagi dengan Nissan seperti pada model sebelumnya. Seperti diketahui baik Nissan Rogue maupun Mitsubishi Outlander menggunakan platform yang sama. Sementara diketahui daya serap pasar kurang menggembirakan karena minimnya perubahan pada model tersebut, alias tertinggal dengan mobil sekelasnya.
Catatan menunjukkan penjualan Outlander di Amerika Serikat terus merosot, sehingga Mitsubishi merasa perlu melakukan pembaruan besar demi mempertahankan daya saing. Pada generasi saat ini, Mitsubishi Outlander dibangun di atas platform yang sama dengan Nissan Rogue, yang merupakan bagian dari arsitektur Common Module Family (CMF) milik Renault-Nissan. Awalnya, strategi berbagi platform ini diklaim akan memberikan keuntungan bagi Mitsubishi, memungkinkan mereka untuk tetap mempertahankan identitas merek sambil memanfaatkan sinergi dalam aliansi. Namun, hanya dalam satu generasi, kerja sama ini tampaknya akan berakhir.
Menurut laporan dari Automotive News, Mitsubishi kini tengah mengembangkan platform modifikasi internal untuk Outlander generasi mendatang. Meskipun perusahaan belum memberikan pernyataan resmi, laporan ini muncul setelah Nissan menjual sebagian sahamnya di Mitsubishi pada November tahun lalu sebagai upaya memperbaiki neraca keuangan mereka.
Kondisi Nissan yang Kian Memburuk
Nissan saat ini menghadapi krisis finansial yang semakin dalam, dan dampaknya terasa di seluruh aliansi. Setelah gagal menemukan mitra kerja sama dengan Honda, CEO Nissan baru-baru ini menyatakan bahwa keberlangsungan perusahaan berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Rumor mengenai masa depan Nissan terus beredar, dengan munculnya potensi kerja sama dengan perusahaan elektronik Taiwan, Foxconn.
Sementara itu, Mitsubishi menghadapi tantangan tersendiri di pasar Amerika Serikat. Penjualan yang lesu serta kekecewaan dari para dealer terhadap lambannya inovasi membuat situasi semakin sulit. Kenaikan biaya produksi, jajaran produk yang mulai usang, serta keputusan menghentikan penjualan Mirage, juga turut menjadi evaluasi dari Mitsubishi.
Meski demikian, Mitsubishi tetap berusaha mengembangkan lini produknya. Outlander akan mendapatkan pembaruan ringan dalam waktu dekat, tersedia pula varian mild hybrid yang akan diperkenalkan untuk melengkapi versi mesin pembakaran internal (ICE) dan plug-in hybrid (PHEV) di pasar AS. Selain itu, Mitsubishi juga akan meluncurkan model petualangan baru bernama Outlander Trail Edition pada tahun ini.
Keputusan Mitsubishi untuk tidak lagi berbagi platform dengan Nissan dapat menjadi indikasi bahwa hubungan dalam aliansi ini semakin renggang. Dengan Nissan yang terus berjuang untuk bertahan dan Mitsubishi yang mencari strategi independen demi keberlanjutan bisnis, masa depan aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi tampaknya akan menarik untuk diketahui. Mengingat Mitsubishi memiliki pasar yang cerah di Asia Tenggara, maupun Indonesia. (boi)