Otoplasa.co, Tiongkok – Merilis laporan dari The Asahi Shimbun menyebutkan bahwa penjualan Honda, Nissan, Toyota semakin tertekan di China. Pabrikan otomotif terbesar dari Jepang itu benar-benar kalah bersaing di pasar otomotif terbesar dunia.
Dalam rilisnya tiga produsen otomotif tersebut melaporkan penurunan penjualan kendaraan baru di China, di sepanjang tahun 2024. Data penjualan yang dirilis pada 9 Januari menunjukkan bahwa Toyota Motor Corp., Nissan Motor Co., dan Honda Motor Co. terus menghadapi tantangan berat di tengah persaingan dengan produsen otomotif lokal yang mendapat dukungan dari pemerintah China.
Secara sederhana, produsen otomotif Jepang kesulitan mengalihkan produksi ke kendaraan listrik (EV). Dimana masyarakat China sangat gemar untuk memiliki mobil listrik, yang kondisi pasar domestiknya tersedia dengan banyak ragam pilihan. Terutama dari produsen lokal seperti BYD, GWM, Chery dan yang lainnya.

niAkibat dampak tersebut, Honda mencatat penurunan terbesar pada tahun 2024. Dimana meskipun telah mendirikan basis produksi di China, penjualan Honda hanya mencapai 852.269 unit, atau turun 30,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Hal sama terjadi pada Nissan yang menjual 696.631 unit kendaraan di 2024. Kondisi ini turun 12,2 persen dibandingkan 2023, sementara Toyota mencatat penjualan sebanyak 1,776 juta unit, atau turun 6,9 persen.
Terungkap Honda dan Nissan terus mencatat penurunan yang tajam. Pada tahun 2023, penjualan Honda turun 10,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan Nissan mengalami penurunan sebesar 24,1 persen. Nasib baik masih terjadi pada Toyota, walaupun tetap mencatat penurunan 1,7 persen pada tahun yang sama.
Selain produsen otomotif Jepang yang tertekan, pabrikan asing lainnya terutama dari Eropa, Amerika juga mengalami hal yang sama. Persaingan ketat di China terutama dari produsen lokal yang menawarkan kendaraan listrik dengan harga lebih terjangkau.
Asal tahu saja untuk menghadapi tantangan ini, Honda membuka dua basis produksi kendaraan listrik di China pada tahun 2024 dan berencana hanya menjual kendaraan listrik di negara tersebut mulai tahun 2035. Di sisi lain Toyota juga berupaya memperkuat kehadirannya dengan membangun pabrik di Shanghai untuk memproduksi kendaraan listrik Lexus.
Langkah ekstrim dilakukan Nissan dengan memilih langkah berbeda berupa menutup pabriknya di Provinsi Jiangsu pada tahun 2024. China yang dulu menjanjikan potensi pasar otomotif menguntungkan bagi produsen asing, kini berubah menjadi medan pertempuran sengit melawan pabrikan lokal. (boi)