Otoplasa.co, Surabaya – Penampilan perdana mobil listrik garapan Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) di Kompetisi Mobil Hemat Energi (KMHE) berhasil mencuri perhatian. Mobil besutan Tim Electrical Vehichle On Study (EV-OS) karya Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) sukses memenangkan kategori khusus kendaraan terestetik dalam KMHE 2024.
Kompetisi besutan Kemdikbud-Ristek Republik Indonesia ini berlangsung di Sirkuit Carnaval Ancol Jakarta pada Minggu-Kamis (6-10/10/2024). Dalam penampilan perdananya di KMHE, EV-OS mengusung Optimal Sustainable Car for Advance Research (OSCAR), Mobil Battery Electric Vehicle (BEV) hemat energi di kelas prototipe motor listrik yang baru diluncurkan pada September 2024 lalu.
“Salah satu fitur yang membedakan OSCAR dari mobil lain di kelasnya adalah bodi yang sangat ringan dengan penggunaan material komposit yang inovatif dan sistem manajemen baterai yang canggih. Sehingga dapat mencapai jarak tempuh yang lebih jauh dengan konsumsi energi yang lebih rendah,” jelas Putu Anom K P selaku General Manager EV-OS, di Surabaya, Selasa (15/10/2024).
Kesuksesan EV-OS dalam mengusung konsep aerodinamis OSCAR berhasil menarik perhatian dewan juri. Dengan mengombinasikan prinsip aerodinamika dan keindahan visual, OSCAR sukses memenangkan kategori terestetik dalam KMHE 2024. “Kami ingin menciptakan mobil yang tidak hanya efisien secara energi tetapi juga menarik secara visual. Warna-warna yang dipilih juga mencerminkan kesan yang segar dan dinamis, sejalan dengan konsep mobil hemat energi yang lingkungan,” papar Anom.
Tak asal pilih, Head of Administration EV-OS, Hanna Vidia M juga menuturkan bahwa penentuan desain ini terinspirasi dari burung kingfisher. Burung tersebut merupakan karnivora berukuran mungil berkecepatan tinggi dengan akurasi yang luar biasa. Menurut Anom, perjalanan EV-OS di KMHE sangatlah menantang dan penuh pembelajaran. Tak hanya soal memantaskan diri pada standar kompetisi yang tinggi, EV-OS juga belajar tentang kerja tim dan manajemen waktu yang baik guna memastikan kelancaran.
Menambahkan keterangan Anom, Hanna menyebutkan ada empat tahapan yang harus EV-OS tempuh dalam KMHE. “Pertama itu proposal dari kendaraan yang kami buat, selanjutnya virtual technical inspection, technical inspection secara offline, dan race,” jelasnya.
Hanna juga menceritakan sepak terjang EV-OS sebagai tim pertama Unair yang sukses meraih pencapaian dalam kontes bergengsi ini. Sebelum merumuskan OSCAR, tim yang harus mengawali semuanya dari nol itu dengan telaten melakukan survei dan benchmarking dengan berbagai tim senior dari universitas lain yang telah memenangkan KMHE maupun kompetisi sejenis seperti Eco Shell Marathon di tahun-tahun sebelumnya. “Istilahnya nambah ilmu lah dan belajar banyak dari mereka buat kita yang ‘baru lahir’ di KMHE ini,” ungkap mahasiswi Teknik Industri tersebut.
Selain upaya yang gigih, pencapaian EV-OS yang luar biasa tak lepas dari dukungan universitas dan kolaborasi dari berbagai sponsor. Kedepannya, Anom berharap dapat mengembangkan teknologi EV ke tingkat yang lebih canggih dengan menghadirkan efisiensi tinggi dan fitur yang lebih inovatif.
“Saya juga berharap agar kami dapat berkolaborasi dengan lebih banyak pihak, baik industri maupun akademisi, untuk menciptakan mobil yang tidak hanya kompetitif di ajang nasional tetapi juga dapat bersaing di tingkat internasional,” tutup sang General Manager EV-OS. (*)