Otoplasa.co, Qatar – Berkah bagi Franco Morbidelli di MotoGP Qatar. Alih-alih finish ke-4, rupanya pembalap Pertamina Enduro VR46 Racing tersebut diganjar podium ketiga. Khususnya setelah hasil runner-up Maverick Vinales yang memperkuat Red Bull KTM Tech3 dianulir karena penalti 16 detik akibat tekanan ban.
Dengan hasil ini, Franky panggilan akrab Morbidelli sukses menjadi murid Valentino Rossi naik podium kali kedua. Sebelumnya pembalap Italia berdarah Brazil tersebut sempat memimpin balapan di depan Marc Marquez (Ducati Lenovo) dan Vinales. Namun, Morbidelli mengakui bahwa ia tidak sepenuhnya menguasai jalannya lomba, meskipun sempat merasa demikian.

“Aku merasa seolah-olah yang mengendalikan balapan, tapi nyatanya tidak. Karena kemudian aku melihat rombongan di belakang mulai mendekat. Saat Maverick dan Marc menyalipku, mereka tampak punya kecepatan lebih. Aku pikir mereka mengelola ban lebih baik di awal balapan, itu membuatku panik dan mulai menghemat ban lebih dari yang seharusnya,” ujar Morbidelli.
Ketika balapan menyisakan tujuh lap terakhir, Morbidelli menyadari bahwa bannya masih dalam kondisi cukup baik dan mulai kembali menekan. Sehingga dia mulai unjuk gigi lagi berupaya menembus barisan terdepan.
“Masih ada performa, masih ada daya cengkeram. Kalau dilihat kembali, aku seharusnya bisa menggunakan ban dengan lebih optimal, terutama saat penurunan performa pertama. Aku terlalu menurunkan ritme,” sesalnya.
Di sisi lain ia juga menyoroti performa Johann Zarco yang tampil impresif. Namun, Morbidelli merasa memiliki keunggulan di bagian akhir balapan. “Johann sangat cepat, dan terlihat ia punya potensi besar. Tapi aku merasa punya lebih banyak ban tersisa di akhir, itu sebabnya aku bisa menyalipnya di tikungan pertama. Aku pikir aku punya potensi lebih besar karena manajemen bannya lebih baik di bagian akhir,” jelasnya.
Pelajaran dari Balapan
Komentar Morbidelli menunjukkan pentingnya strategi manajemen ban dalam balapan MotoGP. Kesalahan kecil dalam mengatur ritme dan menjaga kondisi ban bisa berdampak besar terhadap hasil akhir. Dalam hal ini, Morbidelli belajar bahwa terlalu berhati-hati justru bisa merugikan, dan ia perlu menyesuaikan strategi di awal balapan agar tidak kehilangan momentum. (boi)