Otoplasa.co, Qatar – Tak dipungkiri dua sosok juara dunia MotoGP, Jorge Martin maupun Marc Marquez pernah mengalami cedera berat dengan terjatuh dari motornya. Parahnya fatalitas cederanya, sangat mempengaruhi dalam proses penyembuhan, baik mental dan fisik dari pembalap bersangkutan.
Marc Marquez harus naik meja operasi hingga empat kali dan sempat vakum lama selama menjalani proses pemulihan. Bahkan The Baby Alien sempat tak yakin akan bisa comeback di lintasan dan sempat tersirat dirinya bakal gantung helm alias pensiun. Hal yang sama terjadi pada Martinator. Dua kali cedera, dua kali pula dia harus menjalani operasi. Dia pun sempat khawatir karir balapnya pupus karena sempat merasakan pergelangan tangannya mati rasa dan sendinya tak bisa difungsikan secara normal.
Kini keduanya telah pulih dan siap menatap MotoGP Qatar pada akhir pekan ini. Hanya saja bedanya Marc Marquez sedang dalam performa terbaiknya bersama motor Ducati. Hal berbeda justru tampak pada sang juara dunia 2024. Martin masih tertatih dan menyatakan dia hanya mengikuti seri balapan secara bertahap. Ya, kondisinya belum 100% sementara kita tahu untuk balapan berat di MotoGP, sangat menguras fisik dan tenaga.

Martin berusaha keras kembali balapan setelah sedera parah. Dan Aprilia sendiri mengharapkan ada kebangkitan di tengah dominasi Ducati. Bayangkan setelah mendominasi 20 balapan terakhir di MotoGP, Ducati nyaris tak tersentuh selama hampir satu tahun kalender. Kini, MotoGP 2025 seolah hanya menyisakan satu perlombaan: perebutan posisi kedua. Di titik inilah Aprilia melihat peluang untuk unjuk gigi, apalagi dengan debut Jorge Martin yang sangat dinantikan.
Balapan seri keempat musim ini di Qatar menjadi momen penting. Inoilah debut Jorge Martin bersama Aprilia. Sang juara dunia bertahan tersebut absen dalam tiga seri pembuka di Thailand, Argentina, dan Texas akibat dua kecelakaan besar yang dialaminya saat pramusim.
Aprilia, yang tengah mencari pemimpin baru di lintasan, akhirnya bisa berharap kembali. Namun, Martin datang dalam kondisi kurang ideal atau belum sepenuhnya bugar dan kehilangan jam terbang penting, sementara Aprilia juga dituntut untuk segera menyamai ambisi besar sang pembalap anyar.

Sebagai pengingat, Martin pertama kali terjatuh di sesi tes pramusim di Sepang, Malaysia, yang menyebabkan patah tulang tangan kanan dan kaki kanannya. Beberapa minggu kemudian, ia kembali mengalami kecelakaan saat latihan supermoto di Andorra yang jauh lebih serius, yaitu patah tulang radius kiri dan tulang skafoid di pergelangan tangan.
Dalam wawancara terbarunya di Austin, Martin mengungkapkan bahwa kecelakaan kedua itu benar-benar menguji mentalnya. “Saya benar-benar takut. Setelah operasi, saya tidak bisa menggerakkan tangan selama dua minggu. Saya bahkan sempat berpikir tidak bisa membalap lagi,” jujurnya.
Martin menilai bahwa cedera tersebut adalah salah satu yang terburuk bagi seorang pembalap. Ia mengalami patah tulang di dua bagian penting pergelangan tangan kiri yang berperan vital dalam menahan beban saat mengendalikan motor.

Cedera Martin dan Marquez, siapa yang terparah?
Sebagai perbandingan, Marc Marquez juga sempat mengalami masa kelam akibat cedera pada 2020, yakni patah tulang humerus kanan yang berujung pada beberapa operasi dan absen sepanjang musim. Cedera Marquez bahkan sempat mengancam kelanjutan kariernya di MotoGP, dan memengaruhi performanya hingga musim-musim berikutnya.
Namun, dibandingkan cedera Martin, apa yang dialaminya lebih kompleks dalam jangka pendek! Ia mengalami patah tulang di dua tangan dan satu kaki dalam kurun waktu berdekatan, serta pemulihan yang belum 100% saat kembali ke lintasan. Sementara Marquez memiliki waktu panjang untuk rehabilitasi, Martin langsung kembali bertarung di level tertinggi saat kondisi fisiknya belum prima. Beban mengusung nomor start 1 pada motornya, diyakini menjadi faktor tambahan di pikirannya.
Apalagi nomor 1 merupakan hibah dari kemenangannya bersama Pramac Ducati tahun lalu. Dimana sebagai wujud sakit hati atas tersingkirnya dari kandidat pembalap pabrikan Ducati karena yang terpilih adalah Marc Marquez, Martin ingin menunjukkan bahwa dirinya bisa berjaya dengan tim barunya. Hanya saja semuanya berantakkan akibat cedera berat yang dialaminya.
Asal tahu saja cedera Martin secara frekuensi dengan kalender balapnya, dia memiliki waktu yang sangat sempit. Bandingkan dengan Marques yang secara intensitas dan jangka panjang, cederanya mungkin lebih berat namun dia memiliki waktu istirahat dan pemulihan selama berbulan-bulan dan lebih konsentrasi all out menjalani proses rehabilitasi fisiknya.
Catatan penting lainnya, Sirkuit Internasional Losail , Qatar, menjadi ujian sesungguhnya. Trek dengan 16 tikungan dan enam belokan ke kiri ini akan memberikan tekanan besar pada pergelangan tangan kiri Martin. Terutama pada kombinasi tikungan panjang 10-11 dan tikungan cepat ke-15 yang dikenal sangat menuntut kekuatan dan presisi.
Martin sempat mencuri perhatian di sirkuit ini saat mencetak pole position dalam balapan keduanya di kelas premier pada 2021. Kini, ia kembali ke tempat yang sama, namun dengan beban ekspektasi tinggi dan tubuh yang belum sepenuhnya pulih. Apalagi Aprilia memiliki harapan banyak.
Tanpa Martin, empat pembalap Aprilia hanya mampu mencetak hasil positif di beberapa momen saja sepanjang tiga balapan awal musim ini. Ketidakhadiran sang pemimpin jelas terasa. Kini, dengan kembalinya Martin, meski belum dalam kondisi terbaik, Aprilia berharap bisa bangkit dan meramaikan persaingan yang terlalu lama dimonopoli Ducati.
Jadi kembalinya Jorge Martin bukan sekadar tentang performa di atas lintasan, tapi juga kisah ketahanan mental dan fisik menghadapi cedera serius. Meski tantangan di depan mata sangat besar, ia tetap menjadi harapan terbesar Aprilia untuk menggoyang dominasi Ducati dan membuka babak baru di MotoGP 2025. (boi)